Kamis, 18 November 2010

Kendala hati

Kemarin malam berbincang dengan Tuhan. bicara soal hari ini besok, lusa, masa depan bahkan masa lalu. Disela-sela pembicaraan, saya berbincang juga tentang keinginan-keinginan saya. Tentang masa depan tentu saja. Saya sempat menyatakan bahwa saya siap menerima rencana Tuhan. Apapun bentuk rencana itu.

Saya katakan bahwa kalau Tuhan berkenan dan ingin memberikan yang terbaik bagi saya dengan mengijinkan saya kalah berperang, maka saya siap kalah perang. Saya akan siap memberikan wilayah kekuasaan saya kepada musuh. Tanah yang saya pupuki dan sirami, tanah yang saya tanami bunga, buah dan sayuran. Saya yakinkan diri saya dan kembali mengatakan saya siap Tuhan. Saya yakin akan ada pengganti tanah ini. Akan ada daerah yang lebih subur, membawa kemakmuran, indah dan hasilnya baik yang Kau siapkan untuk saya.

Setelah saya selesai berbincang, pamit mundur dan kembali ke duia saya, tiba-tiba telephone genggam saya berbunyi. Ia memberikan pesan bahwa ada musuh yang mulai mengintai. Bahkan ia sudah mulai memasuki pekarangan tanah saya. Musuh itu sudah berada di wilayah saya. Jika musuh itu terus memasuki wilayah saya,  mungkin saja saya akan kalah. Musuh saya kali ini, sepertinya akan mampu mengalahkan saya. Senjatanya lebih kuat, parasnya lebih kokoh, astaga saya ketakutan.

Lalu saya mulai menangis, saya menyesali doa saya. Saya menyesali perbincangan saya dengan Tuhan. Saya ingin mempertahankan wilayah saya. Saya tidak ingin kalah perang. Saya sadar mungkin musuh saya akan lebih optimal mengusahakan tanah ini. Saya sadar musuh saya pasti akan lebih rajin memupuk dan menyirami tanah ini. Dengan peralatannya dan tubuhnya, dengan kemampuannya dan sifatnya. Astaga saya tidak rela melepaskan... Pokoknya gak rela... Gak mau...

Lalu mereka mulai berkata.. "Hai... kamu egois sekali......"
Tertunduk haru saya berseru: Oh, Tuhan.. saya gamang.. saya tidak tau apa yang saya inginkan..