Jumat, 23 Maret 2018

Aku menciptakan kebahagiaanku

Kamus besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Semua dari kita yang hidup di dunia ini pasti ingin bahagia. Menurut saya, justru karena konsep bahagia itu, kita mencari, menciptakan atau '"mendewakan" sesuatu. 

Banyak orang yang mencari kebahagiaan dengan melakukan hal-hal yang dia tau salah, namun tetap dilakukan. Ada juga yang melakukan penyembahan-penyembahan berhala demi kesenagan dan tentram. Bahkan konsep senang dan tentram sering dikaitkan dengan hal-hal seperti, tahta, uang bahkan wanita. 

Kebahagiaan bukan cuma kebutuhan orang dewasa, tapi juga kebutuhan anak-anak. Mereka yang mungkin secara logika, belum bisa memilih baik atau buruk namun sudah bisa menentukan senang dan tidak senang. Bahagia atau tidak bahagia. 

Detik.com menuliskan hasil penelitian para ilmuwan di Universitas Essex dan University College London, Inggris. Mereka berkesimpulan media sosial dianggap memiliki dampak negatif yang lebih besar pada kebahagiaan anak perempuan. Penelitian ini juga meneliti anak laki-laki, namun ternyata dampak negatif media sosial terhadap kebahagiaan anak perempuan, jauh lebih berpengaruh dibandingkan anak laki-laki. 

Tanpa perlu penelitian lebih lanjut, sebagai orang tua yang juga menggunakan media sosial, kebahagiaan kita juga sering kali terpengaruh oleh media sosial kan? Misalnya, iklan tas di laman facebook yang tiba-tiba muncul tanpa diundang, pasti mengajak kita untuk melihat lebih jauh harga tas itu, lalu sadar bahwa tasnya kemahalan lalu mencoba nabung tapi uangnya gak cukup-cukup... Akhirnya kita menyalahkan kondisi keuangan kita sendiri, menyalahkan keadaan kenapa gak punya gaji 2 kali lipat gaji sekarang supaya bisa beli tas. 

Bisa juga, foto-foto instagram yang menunjukan keglamoran kehidupan teman-teman kita yang bikin sakit kepala. Memang benar kata orang tua, iri itu tanda tak mampu. Makanya supaya gak terasa banget gak mampunya... udahlah gak usah punya pikiran iri. Jangankan untuk anak-anak yang belum bisa berpikir rasional. Kita saja manusia dewasa masih suka iri, liat foto-foto instagram orang lain. Lalu menangisi keputusan sendiri. Kita tidak berani cari kerja lagi, upgrade pendidikan, atau lebih parah mencari kambing hitam dengan menyalahkan pasangan hidup karena gak bisa seperti si A yang begini atau si B yang begitu. Jika media sosial bisa berpengaruh buruk bagi kebahagiaan kita yang dewasa, apalagi bagi anak-anak. Hufff... 

Kebahagiaan adalah keadaan atau perasaan senang. Keadaan adalah suasana atau situasi yang sedang berlaku. Berarti, keadaan itu diciptakan oleh kita sendiri... Bahagia adalah pilihan. Sesuatu yang kita ciptakan. Sesuatu yang kita kreasikan. Apapun kondisinya, sekali lagi, kebahagiaan itu diciptakan, bukan anugrah. tapi secara sadar kita memilih untuk menjadi bahagia, atau menjadi sedih. 

Semua ajaran-ajaran, kitab suci, kutipan, mereka guide line, untuk mengajarkan kita menkreasikan keadaan bahagia. Kitanya mau bahagia atau nggak, ya... balik lagi, mau nggak kita menciptakan kebahagiaan itu. Karena cuma kita sendiri yang bisa menciptakan kebahagiaan.. Jangan lupa bahagia.. Jangan lupa bahagia bareng anak, supaya anak-anak gak mainan medsos...  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar